Dalam dunia hiburan Jepang yang serba cepat dan penuh tekanan, tidak sedikit selebriti yang mencari keseimbangan melalui jalan kerohanian. Salah satu sosok yang cukup menarik perhatian adalah JULIA, artis multitalenta yang dikenal tidak hanya karena penampilannya yang memukau, tetapi juga karena ketenangan batinnya yang terpancar dalam setiap wawancara dan penampilan publik.
Lahir di era digital dan tumbuh dalam sorotan kamera, JULIA memilih pendekatan yang tak biasa dalam menjalani kehidupan: menjalani praktik kerohanian yang mendalam dan konsisten, jauh dari sekadar pencitraan. Artikel ini mengupas bagaimana spiritualitas menjadi fondasi penting dalam kehidupan pribadi JULIA, dan mengapa hal itu semakin relevan di era modern.
🌿 Awal Perjalanan Spiritual JULIA
JULIA tidak langsung dikenal sebagai pribadi spiritual. Dalam berbagai wawancara, ia mengaku pernah mengalami masa-masa penuh stres, rasa cemas, dan kehilangan arah meski kariernya sedang berada di puncak.
“Aku punya segalanya secara materi, tapi hati terasa kosong,” ungkapnya dalam sebuah wawancara majalah Jepang pada 2023.
Momen titik balik terjadi saat ia melakukan perjalanan ke Kyoto untuk sebuah proyek syuting. Di sanalah ia pertama kali berinteraksi dengan praktik meditasi Zen di sebuah kuil kecil. Sejak saat itu, ia mulai mengeksplorasi berbagai bentuk praktik kerohanian julia yang kini menjadi bagian penting dari hidupnya.
🧘 Praktik Meditasi Zen Harian
Salah satu praktik utama JULIA adalah zazen (meditasi duduk ala Zen). Ia meluangkan waktu 20-30 menit setiap pagi untuk duduk diam, mengatur napas, dan meredakan pikirannya dari hiruk pikuk dunia luar.
Meditasi ini membantunya:
-
Menjernihkan pikiran sebelum bekerja
-
Menstabilkan emosi di tengah tekanan media
-
Menyadari keberadaan saat ini (mindfulness)
“Meditasi bukan tentang menjadi tenang. Tapi tentang menyadari bahwa kita memang sudah cukup,” ujar JULIA dalam sebuah talk show Jepang.
🕯️ Menyatu dengan Tradisi Jepang
Selain Zen, JULIA juga menunjukkan login raja zeus kecintaannya pada nilai-nilai spiritual dalam budaya Jepang, seperti:
-
Shintoisme: Ia kerap mengunjungi kuil-kuil Shinto untuk mendoakan ketenangan dan bersyukur atas hidup.
-
Wabi-Sabi: Falsafah menerima ketidaksempurnaan dan kefanaan, yang membentuk sikap rendah hati dan sederhana.
-
Ikigai: Konsep menemukan makna hidup melalui keseimbangan antara minat, kemampuan, kebutuhan dunia, dan penghasilan.
JULIA memadukan filosofi-filosofi ini dengan gaya hidup modernnya, menciptakan harmoni antara dunia glamor dan kehidupan batin.
🛐 Keyakinan sebagai Pegangan Pribadi
Meski tidak secara eksplisit menyebut agama tertentu, JULIA mengakui memiliki iman kepada kekuatan yang lebih besar, yang ia sebut sebagai “energi kehidupan” atau “alam semesta yang penuh kasih”.
Alih-alih mengikuti dogma kaku, ia mempraktikkan spiritualitas sebagai bentuk hubungan personal dengan diri dan semesta, lewat:
-
Menulis jurnal syukur setiap malam
-
Berdoa diam-diam sebelum tampil di atas panggung
-
Menyampaikan niat baik dalam hati saat memulai hari
📵 Detoks Digital dan Kehidupan Seimbang
Sebagai artis yang juga aktif di media sosial, JULIA tetap menjaga batasan. Ia melakukan “detoks digital” setiap akhir pekan:
-
Menonaktifkan ponsel selama 24 jam
-
Menghabiskan waktu di alam
-
Membaca buku filsafat atau puisi Jepang kuno
Kegiatan ini membantu menjaga jiwanya tetap tenang di tengah ekspektasi publik dan hiruk pikuk dunia maya.
💬 Menginspirasi Penggemar Lewat Ketulusan
Kerohanian JULIA bukan hanya tentang praktik pribadi, tetapi juga menjadi inspirasi bagi para penggemarnya. Ia kerap membagikan kutipan-kutipan reflektif dan pesan penuh kasih melalui platform daring.
Salah satu kutipan terkenalnya berbunyi:
“Kecantikan sejati datang dari hati yang damai, bukan dari riasan.”
Banyak penggemarnya menyebut bahwa JULIA membantu mereka lebih mencintai diri sendiri dan menjalani hidup dengan lebih sadar.
BACA JUGA: Kerohanian Honami Hazuki: Ketenangan Jiwa di Balik Sorotan Layar